Nelayan Aceh Kembali menemukan kapal yang berisi “manusia perahu” di sekitar laut Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh pada Hari Minggu, 26 Desember 2021. Kapal ditemukan dengan kondisi mesin yang tidak menyala, sedikit terendam air, dan terombang ambing untuk waktu yang belum diketahui. Lokasi kapal tersebut ditemukan di titik koordinat 6239627°. Kapal tersebut memuat sekitar 120 Orang Manusia, yang terdiri dari 10 Orang Laki-laki, sisanya terdiri dari Perempuan dan Anak-anak yang sangat membutuhkan bantuan. Mereka diduga berasal dari Rohingya yang selama ini kerap kali terdampar di lautan Aceh.
Tim investigasi Yayasan Geutanyoe yang berada di lapangan, Tgk. Nasdin, mengabarkan bahwa sampai dengan siaran pers ini dituliskan (27/12/2021 – 16.00 WIB), kapal berisi manusia tersebut masih berada di laut dan belum didaratkan. Beberapa kapal nelayan Aceh mengitari kapal tersebut untuk menjaga, memantau, dan memberikan bantuan makanan darurat di tengah laut. Lembaga adat, Panglima Laot, dibantu dengan NGO local di Aceh terus berupaya untuk berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk mengupayakan pendaratan darurat bagi para “manusia kapal”.
Kondisi ini terjadi akibat lambatnya respon yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan dalam menyikapi masalah kemanusiaan seperti ini. Di samping itu, para nelayan dan Panglima Laot juga menjadi sangat hati-hati dalam mengambil Tindakan. Berkaca dari kejadian serupa sebelumnya, para nelayan yang ikut membantu justru dijadikan tersangka dan ditahan sebagai tersangka perdagangan manusia. Hal ini menjadi preseden buruk yang memiliki dampak psikologis bagi para nelayan dan Panglima Laot untuk mengambil tindakan darurat, yang sudah dari dulu menjadi adat lokal.
Yayasan Geutanyoe melihat lambatnya upaya penanganan kemanusiaan yang terjadi bagi para “manusia kapal”. Seolah-olah, pemerintah tidak belajar dari peristiwa yang tejadi sebelumnya. Ketidakpastian hukum dan tumpang tindihnya peraturan yang mengatur upaya kemanusiaan tersebut menjadi penghambat bagi berbagai pihak untuk merespon. Di samping itu, koordinasi antar berbagai pihak yang seharusnya terlibat juga menjadi prioritas, khususnya dalam keadaan darurat seperti ini. Karenanya, melalui siaran pers ini, Yayasan Geutanyoe menuntut:
- Pemerintah Indonesia, baik di daerah maupun di nasional harus segera menyelamatkan “manusia perahu” yang terombang ambing di lautan Bireuen, Provinsi Aceh.
- Pemerintah harus segera berkoordinasi dan bekerjasama dengan organisasi internasional terkait, seperti UNHCR dan IOM, serta NGO local dan nasional untuk mempersiapkan pendaratan dan penanganan kemanusiaan setelah pendaratan.
- Pemerintah harus memastikan keamanan, Kesehatan, dan jaminan keselamatan dari upaya kriminalisasi kepada para “manusia kapal”, serta siapapun pihak yang terlibat dalam upaya penyelamatan.
- Mengecam siapapun yang berupaya menghambat proses penyelamatan yang tengah dilakukan
- Meminta kepada Pemerintah Indonesia, melalui diplomatnya yang berada di luar negeri, khususnya negara-negara ASEAN untuk memberitakan kondisi ini dan mengambil sikap tegas, baik secara bilateral maupun regional, terhadap negara anggota ASEAN yang melakukan pelanggaran HAM.
Jakarta, 27 Desember 2021.
Salam Hormat,
Reza Maulana
Liaison Officer for Jakarta
Yayasan Geutanyoe