Aceh, 7 April 2018
Nelayan Aceh kembali menunjukkan aksi heroiknya dengan menyelamatkan sampan yang bermuatan 5 orang pengungsi Rohingya di lautan lepas yang berjarak sekitar 176 Mil dari Kuala Idi. Kejadian ini berlangsung pada Senin malam, 2 April 2018 dan sampai ke daratan Aceh Timur pada Jumat, 6 April 2018. Kelima pengungsi yang terdiri dari 2 laki-laki, 2 wanita dan 1 anak tersebut kemudian dibawa ke RS. Zubir Mahmud di Idi untuk mendapatkan perawatan medis. Tiga dari lima pengungsi tersebut kemudian dirujuk ke RSUD Kota Langsa untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, dan 2 pengungsi lainnya saat ini dalam pengawasan pihak Imigrasi Kota Langsa. Yayasan Geutanyoe yang sejak awal mengetahui keberadaan sampan tersebut terus memantau dan mendampingi nelayan Aceh dan berkoordinasi dengan otoritas Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa. Selain bantuan advokasi, Yayasan Geutanyoe juga menyalurkan bantuan dasar berupa makanan dan pakaian.
Sebelumnya Yayasan Geutanyoe Malaysia bersama MAPIM (Majelis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia) menyalurkan bantuan kepada Pengungsi Rohingya yang mendarat di Langkawi pada 3 April 2018. Sebuah boat yang menampung 56 orang pengungsi Rohingya yang terdiri dari 18 laki-laki, 17 wanita, 12 anak perempuan, dan 8 anak laki-laki, hari minggu, 1 April 2018 berlabuh di Langkawi setelah otoritas Pemerintah Malaysia memberi izin kapal untuk berlabuh agar bisa di berikan bantuan kemanusiaan. Mereka sempat ditolak oleh militer Thailand dan terombang ambing di lautan selama tiga minggu. Yayasan Geutanyoe Malaysia yang mengetahui informasi tersebut, menghubungi otoritas Pemerintah Malaysia agar dapat memberikan izin masuk ke Malaysia dan memberikan bantuan kemanusian karena kondisi mereka begitu memprihatinkan. “Sejak hari Minggu kita telah melakukan lobi dan komunikasi dengan Putrajaya agar melakukan search and rescue dan menampung pelarian Rohingya tersebut karena sudah tiga minggu terapung dilautan” ujar Lilianne Fan, Direktur Internasional Yayasan Geutanyoe.
Dengan situasi kemanusiaan yang terjadi saat ini di Rakhine serta akan datangnya musim penghujan di wilayah Bangladesh, Yayasan Geutanyoe memperkirakan akan ada lebih banyak boat pengungsi Rohingya yang dengan putus asa berusaha lari untuk bertahan hidup. Dengan ini Yayasan Geutanyoe menyatakan sikap:
Mendesak semua Negara-negara ASEAN untuk menyerukan penghentian penganiayaan terhadap etnis Rohingya dan mendesak adanya resolusi berkelanjutan dalam krisis Rohingya.
Mendesak Pemerintah Daerah dan semua pemangku kepentingan agar membuat persiapan dalam pencarian, penyelamatan, pendaratan dan perlindungan kepada Pengungsi Rohingya.
Mendesak Negara-Negara ASEAN untuk mulai membuat kebijakan regional sesuai dengan standar International & Global Compact on Refugee.
Yayasan Geutanyoe memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, Pemerintah Kota Langsa, terutama sekali Nelayan Aceh (KM. Karunia King), Panglima Laot dan masyarakat Aceh Timur yang sudah menunjukkan aksi kemanusiaan yang sangat luar biasa. Apresiasi kami juga kepada Pemerintah Malaysia yang telah bersedia memberikan izin mendarat dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada boat Rohingya yang terdampar di perairan Langkawi.